PROPOSAL
PENELITIAN
PENELITIAN DASAR
JUDUL
PENELITIAN
PERBEDAAN
PENGARUH PEMBERIAN BENTUK LATIHAN BERBEBAN TERHAP PENINGKATAN PRESTASI ATLET ANGKAT BESI
DI JAWA
TENGAH
Halaman Pengesahan
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
1. Judul Penelitian : PERBEDAAN
PENGARUH
PEMBERIAN BENTUK
LATIHAN BERBEBAN
PENINGKATAN PRESTASI
ATLET ANGKAT BESI
YUNIOR PUTRA DI
JAWA TENGAH TAHUN 2008
2. Bidang Penelitian : Penelitian Dasar
- Ketua Peneliti :
a.
Nama
Lengkap dan Gelar : Drs. M. Nasution, M. Kes
b.
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
c.
Golongan/Pangkat/NIP :
IV-a/Lektor/ 131876219
d.
Jabatan
Fungsional : Lektor
e.
Jabatan
Struktural : Pembantu Dekan I
f.
Fakultas/Jurusan :
FIK/PKLO
g.
Pusat
Penelitian : DIPA PNBP
- Alamat Ketua Peneliti :
a.
Alamat
Kantor/Telp/Fax/E-mail : Gedung
F1 FIK UNNES/8508007
b.
Alamat Rumah/Telp/Fax/E-mail :
- Jumlah Anggota Peneliti : 3 orang
a.
Nama
Anggota : Hadi, S.Pd, M.Pd
: Tri Aji, S.Pd
- Lokasi Penelitian : Jawa Tengah
- Kerjasama dengan Institusi Lain :
a.
Nama
Istitusi :
Penprov PABBSI Jawa Tengah
b.
Alamat : Ryu Gym Majapahit Semarang
c.
Telepon/Fax/E-mail :
- Lama Penelitian : 3 bulan
- Biaya yang dipelukan : Rp 12.000.000,00
a.
Sumber
dari Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Semarang : Rp.
b.
Sumber
Lain, sebutkan…….. :
Rp.
Jumlah :
Rp. 12.000.000,00
(Dua Belas Juta Rupiah )
Mengetahui, Ketua
Peneliti
Dekan
Drs H. Harry Pramono, M.Si. Drs. M. Nasution, M. Kes
NIP131469638 NIP131876219
Menyetujui
Ketua Lembaga
Penelitian
Prof. Dr.
DYP.Sugiharto, M.Pd. Kons.
NIP131570081
A. JUDUL PENELITIAN
PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN BENTUK LATIHAN BERBEBAN
TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI ANGKAT BESI DI BENGKULU 2008
B. BIDANG YANG AKAN DIPERBAIKI
Bidang kajian yang
akan diteliti adalah : Metode Latihan.
C. PENDAHULUAN
Setiap manusia dalam melakukan
kegiatan sehari-hari membutuhkan kualitas fisik tertentu, apakah dia seorang
petani, pegawai, seniman atau ibu rumah tangga. Hal ini lebih dirasakan
kebutuhannya oleh seorang olahragawan, baik dalam pelaksanaan latihan maupun
pertandingan atau perlombaan.
Kualitas fisik seorang atlet ditentukan oleh : 1) Perkembangan usia (anak,
remaja, dewasa, dan orang tua); 2) Bawaan orang secara genetis (jantung,
peredaran darah, sistem pernafasan) dan otot; 3) Mekanisme pengendalian sistem
syaraf pusat (kerjasama antara otak, sistem syaraf dan otot); 4) Kemampuan
psikis (sifat-sifat pribadi) untuk merealisasikan kemampuan fisik; dan 5) Usia
latihan (sudah berapa lama seseorang terlatih). Syarat terjadinya adaptasi
biologis adalah dilewatinya suatu titik ambang rangsang latihan. Ketergantungan
terhadap titik ambang rangsang, dapat dijabarkan sebagai berikut : 1)
Rangsangan yang lebih rendah dari titik ambang rangsang latihan tidak terjadi
adaptasi fisiologis, 2) Rangsangan jauh di atas titik ambang rangsang
menjadikan over training yang dapat merugikan, dan 3) Rangsangan yang spesifik
tepat pada titik ambang rangsang menyebabkan terjadinya adaptasi fisiologis. Secara skematis,
kemampuan fisik diilustrasikan pada diagram 1 sebagai berikut.
Syarat Realisasinya :
Usia; Bakat, Koordinasi, Psikis,
Usia Latihan
Kek. Maksimal Kec. Reaksi Dayatahan Aerobik Kel. Statis
Kek. Kecepatan Kec. Asiklis Maks. Daytahan
Anaerobik Kel. Dinamis
Kek. Dayatahan Kec. Siklis Maks.
|
|
Diagram 1.
Kemampuan Fisik dengan Elemen-elemennya
(Paulus Pesurney dan Zafar Sidik, 2006).
Peningkatan kemampuan fisik ditentukan oleh latihan-latihan yang terarah
dan tepat. Peningkatan kemampuan fisik pada latihan erat kaitannya dengan
prinsip penyesuaian biologis. Pemberian latihan yang benar akan memungkinkan
terjadinya perubahan pada sistem dalam tubuh baik sistem jantung, paru,
peredaran darah, sistem syaraf, sistem endokrin, dll. Hal ini terjadi karena
organ-organ tubuh secara bertahap memberikan respon adaptasi fisiologis
terhadap pembebanan latihan yang diberikan.
Meningkatnya mutu kejuaraan ditandai dengan pencapaian prestasi secara
optimal tanpa mengabaikan nilai-nilai sportivitas sebagai dasar utama
pelaksanaan olahraga. Berkembangnya persaingan dalam upaya pencapaian prestasi
tersebut harus diimbangi dengan upaya pelatihan dan pembinaan dengan baik dan
tepat dalam mempersiapkan para atlet yang akan tampil dalam kejuaraan. Hal ini
harus disikapi secara jeli oleh para pelatih dan pembina agar anak asuhnya
tidak tampil kedodoran dalam suatu pertandingan.
Kemampuan fisik adalah syarat untuk menampilkan kinerja dengan kadar
tertentu. Berkaitan dengan hal tersebut, latihan untuk memperbaiki maupun
menjaga kualitas fisik disebut dengan latihan kondisi (condition training atau physical
training).
Pengertian kondisi fisik dalam olahraga adalah kemampuan tubuh untuk
menerima beban kerja olahraga yang direalisasikan dalam kesanggupan pribadi
(kemauan; motivasi). Kemampuan tubuh terdiri dari beberapa komponen fisik yang
merupakan satu kesatuan utuh dan memiliki peran berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan cabang olahraga yang diikuti.
Berkaitan dengan proses pembinaan, terutama sekali dalam mempersiapkan
atlet menghadapi pertandingan, keberadaan komponen kondisi fisik sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan didalam melakukan unjuk kerja. Kualitas kondisi fisik
yang baik akan memberikan rasa percaya diri
(self confidence) bagi para atlet, sebaliknya rendahnya mutu kondisi fisik
akan mengakibatkan perasaan rendah diri
(low confidence) bagi para atlet.
Berorientasi pada macam-macam
komponen dari aspek fisik yang perlu untuk selalu dikembangkan dalam pelatihan
adalah : dayatahan kardiovaskuler, dayatahan kekuatan, kekuatan otot,
kelentukan, kecepatan, stamina, kelincahan, power (Harsono, 1988). Ahli lain
mengatakan bahwa kualitas kondisi fisik atlet didalam menjalani unjuk kerja kejuaraan
dipengaruhi beberapa unsur : 1) kekuatan (strength),
2) kecepatan (speed), 3) kelincahan
dan korrdinasi (agility and coordination),
4) Tenaga (power), 5) dayatahan otot
(musculer endurance), 6) dayakerja jantung dan paru-paru (cardiorespiratory function), 7)
kelentukan (flexibility), 8) keseimbangan
(balance), 9) ketepatan (accurisy), dan 10) kesehatan untuk olahraga (Health for sport) (M. Sajoto, 1988).
Kesepuluh komponen tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang saling melengkapi
dan tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.
Mencermati arti penting kesepuluh komponen kondisi tersebut, aspek kekuatan
merupakan salah satu aspek yang sangat besar peranannya didalam meningkatkan
unjuk kerja atlet terutama sekali didalam olahraga angkat besi.
Angkat besi sebagai kelompok olahraga berat sangat memerlukan adanya
kekuatan didalam unjuk kerja. Tanpa memiliki kekuatan yang baik, mustahil dapat
meraih prestasi secara optimal. Berorientasi pada pengertian tersebut, perlulah
kiranya dicari suatu bentuk pendekatan latihan pembebanan yang benar-benar
dapat meningkatkan prestasi para atlet secara efektif dan efisien.
Berkaitan dengan latihan untuk meningkatkan kekuatan, latihan yang paling
efektif adalah program latihan memakai beban atau “Weight Training Program” (O’Shea, JP., 1976 dan Fox, EL.. 1984
dalam M. Sajoto, 1988). Program latihan berbeban ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara sesuai dengan tujuan pelaksanaan latihan. Namun demikian,
bentuk atau desain pelaksanaan latihan dapat dilakukan dengan metode Repetisi
dan Set (RS), metode Piramida, dan metode Tonase.
D. PERUMUSAN MASALAH
Memperhatikan kajian pada
pendahuluan mengenai arti penting pola pemberian bentuk latihan terhadap peningkatan
kekuatan, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah ada
perbedaan pengaruh antara metode Repetisi dan Set (RS), dan metode Tonase terhadap peningkatan
prestasi atlet angkat besi remaja putra
di Jawa Tengah ?
2.
Bentuk
metode latihan apakah di antara metode Repetisi dan Set (RS), dan metode Tonase yang
lebih efektif dan efisien didalam meningkatkan prestasi atlet angkat besi di Jawa
Tengah ?
E. CARA PEMECAHAN MASALAH
Program latihan untuk meningkatkan kekuatan otot paling
efektif adalah dengan latihan berbeban (M. Sajoto, 1988:42). Latihan berbeban
mempunyai dua dasar fisiologis.
Pertama, semua program latihan berbeban harus berdasar Specific Adaptation to Imposed Demands (SAID),
artinya bahwa latihan yang dilakukan harus spesifik. Bila ingin meningkatkan
kekuatan, maka program didesain untuk kekuatan, bila ingin meningkatkan daya
ledak program didesain untuk daya ledak, demikian juga bila ingin meningkatkan
daya tahan maka program didesain untuk dayatahan.
Kedua, pelaksanaan latihan harus dilakukan dengan prinsip
beban berlebih (overload) artinya
pemberian beban dilakukan semakin meningkat secara bertahap agar sistem dalam
tubuh mendapat tekanan secara meningkat sesuai dengan kenaikan beban yang
diberikan. Berkaitan dengan pemberian beban pada latihan berbeban, Fox, dkk.
memberikan empat prinsip dasar, yaitu :
1.
Prinsip Overload
Prinsip beban berlebih (overload)
akan memungkinkan perkembangan kelompok-kelompok otot secara efektif.
Penggunaan beban secara overload akan merangsang secara adaptasi fisiologis
dalam tubuh yang mendorong meningkatnya kekuatan otot.
2.
Prinsip Penggunaan Beban Secara Progresif
Sejak otot menerima beban secara berlebih, kekuatan akan bertambah. Bila kekuatan
sudah bertambah, program latihan berikutnya dilakukan dengan menambah beban,
karena bila beban latihan tidak ditingkatkan maka kekuatan tidak akan
bertambah. Penambahan beban dilakukan bila otot yang sedang dilatih belum
merasakan letih.
3.
Prinsip Pengaturan Suatu Latihan
Latihan berbeban hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga memberikan
dampak positif pada perkembangan otot. Pola pengaturan latihan dilakukan dengan
mendahulukan kelompok otot yang besar terlebih dahulu disusul dengan kelmpok
otot kecil. Misalnya otot-otot kelompok tungkai dan pingguldidahulukuan
daripada kelompok otot lengan. Selain hal itu, pengaturan latihan dimaksudkan
agar pada kelompok otot yang sama tidak mendapatkan dua kali latihan yang
berurutan.
4.
Prinsip Kekhususan
Latihan berbeban dalam beberapa hal hendaknya bersifat
khusus, artinya pengembangan kekuatan adalah khusus bukan hanya bagi sekelompok
otot tertentu, tetapi juga bagi pola
gerakan yang dihasilkan berkaitan dengan gerak cabang olahraga. Dengan kata
lain disebutkan bahwa latihan berbeban merupakan latihan keterampilan motorik
khusus berkenaan dengan gerak yang dilakukan pada aktivitas olahraga. Meskipun
dalam aktivitas berbagai macam cabang olahraga memiliki kesamaan gerak, tetapi
dalam gerak motorik khusus memerlukan hubungan kekuatan-kecepatan yang berbeda
spesifikasinya. Hal penting untuk diingat dalam menyusun latihan berbeban,
hendaknya melatih otot-otot yang digunakan untuk cabang olehraga, agar gerak
latihan yang dilakukan benar-benar merangsang gerakan cabang olahraga yang
dilakukan.
Berorientasi
pada SAID, maka
target atau indikator keberhasilan penelitian ini adalah beberapa tahapan atau
langkah-langkah pelaksanaan penelitian, meliputi :
a) Persiapan Penelitian : (± 1 bulan)
·
Survei Pendataan Awal
·
Pengurusan Ijin Penelitian
·
Penjelasan Pelaksanaan Penelitian Kepada Calon Sampel
b)
Pelaksanaan Penelitian : (± 2 bulan)
·
Pengambilan Data Awal (Tes Awal)
·
Pelaksanaan Penelitian
·
Pengambilan Data Akhir (Tes Akhir)
c)
Analisis Data Penelitian : (± 1 bulan)
d)
Penyusunan dan Pengiriman Laporan Penelitian : (± 1
bulan)
F. TINJAUAN PUSTAKA
Prestasi olahraga tidak mungkin diwujudkan tanpa adanya kekuatan. Kekuatan
adalah kemampuan dari sistem syaraf otot untuk mengatasi ketahanan (kontraksi
konsentris); melawan ketahanan (kontraksi eksentris) atau menahan tahanan
(kontraksi isometris) (Paulus Pesurney, 2006:18). Menurut M. Sajoto (1988:16) kekuatan
adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam
mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
Kekuatan merupakan salahsatu unsur kondisi fisik yang sangat dominan dan
sangat dibutuhkan di hampir semua cabang olahraga. Pelaksanaan berbagai macam
keterampilan atau aktivitas gerak khususnya dalam bermain bulutangkis, seorang
pemain harus terlebih dahulu memiliki dasar kekuatan yang baik. Dasar kekuatan
yang baik akan memudahkan pelaksanaan gerak baik didalam memukul, melangkah dan
atau meloncat, dan gerakan lain yang diperlukan dalam permainan basket. Hal ini
semakin tampak jelas dengan manfaat yang diperoleh dari kekuatan yang baik
yaitu untuk mempermudah mempelajari teknik serta mencegah kemungkinan
terjadinya cedera.
Kekuatan (tenaga) menurut hukum Newton ke-2 dinyatakan sebanding dengan
massa atau berat (m) dan waktu percepatan atau akselerasi (a) ; F = m.a (Bompa,
1983: 216). Konsekuensinya untuk meningkatkan kekuatan dapat dilakukan dengan
menatur salahsatu atau kedua faktor tenaga (m / a atau m dengan a). Adapun
pemanfaatan kekuatan dapat digambarkan sebagai berikut :
F m.a
|
= mma . a
|
..............
|
1
|
|
|
|
|
F m.a
|
= m . ama
|
..............
|
2
|
(Bompa, 1983:216).
dimana F m.a = tenaga
maksimum; mma = massa maksimum; dan ama = percepatan
maksimum.
Menurut Bompa (1994:203) kekuatan merupakan salah satu
unsur yang harus dimiliki oleh seorang atlet, karena setiap kinerja dalam
olahraga selalu memerlukan kekuatan. Dalam hal ini, Harsono (1988:177) juga
menyatakan bahwa kekuatan adalah komponen yang sangat pentingguna meningkatkan
kondisi fisik secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena 1) kekuatan
merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik; 2) kekuatan memegang peranan
penting dalam melindungi atlet / orang dari kemungkinan cidera; dan 3) kekuatan
dapat mendukung kemampuan kondisi fisik yang lebih efisien. Meskipun banyak
aktivitas olahraga yang lebih memerlukan kelincahan, kelentukan atau
fleksibilitas, kecepatan, daya ledak dan sebagainya, namun faktor-faktor
tersebut tetap dikombinasikan dengan faktor kekuatan agar diperoleh hasil yang
baik.
Berorientasi pada manfaat yang diberikan oleh kekuatan, para ahli memberikan
definisi tentang kekuatan sebagai berikut : Pate, dkk. (1984:299) menyatakan
bahwa kekuatan otot didefinisikan sebagai tenaga yang dikerahkan sekelompok
otot pada usaha tunggal yang maksimal. Selanjutnya kekuatan diartikan sebagai
kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan
aktivitas seperti gerakan menahan atau memindahkan beban (Fox, dkk., 1986 :
237). Kekuatan menurut Bompa (1994:264) adalah kemampuan neuromuskuler untuk
mengatasi tekanan eksternal dan internal. Dalam hal ini Willmore dan Costill
(1994:68) mengemukakan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan maksimal otot atau
sekelompok otot untuk membangkitkan suatu teganga terhadap suatu tahanan.
Berdasar pendapat-pendapat sebelumnya, M. Sajoto (1995:5) menyimpulkan bahwa kekuatan
adalah kemampuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
Adapun definisi kekuatan dalam Dictionary
of Sport dibedakan menjadi dua yaitu kekuatan sebagai karakteristik gerak
dan kekuatan sebagai kuantitas fisik (force).
Sebagai karakteristik gerak pengertian kekuatan adalah kapasitas otot untuk
berkontraksi tanpa mengalami perubahan posisi (isometric contraction), berkontraksi melalui pemendekan otot (concentric contraction), dan bereaksi
melalui penguluran atau pemanjangan otot (eccentric
contraction) (Willmore dan Costill dalam Apriyanti, 1999 : 18). Willmore
dan Costill (1988 : 113) mendefinisikan kekuatan sebagai kemampuan maksimal
untuk menggunakan atau menahan daya. Menurut M. Sajoto (1995 : 8) dikatakan
bahwa kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang yang berkaitan dengan
kemampuannya mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
Berorientasi pada berbagai macam pengertian kekuatan otot tersebut di atas,
kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan suatu gerakan atau
gerakan dari suatu benda. Gerakan mendorong atau menarik dapat mengakibatkan
suatu benda bergerak atau berubah arah, bergantung pada sifat fisik benda,
besarnya kekuatan fisik tumpuan, dan arah kekuatan. Sebagian besar penampilan
suatu keterampilan dalam olahraga melibatkan gerakan-gerakan yang disebabkan
oleh kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi otot, kekuatan gaya berat / atau kekuatan
yang digunakan oleh sesuatu dari luar atau dari orang lain (Pate, 1984:181).
Pengertian kekuatan istilah dalam aktivitas olahraga, dibedakan atas dua
macam bentuk yaitu kekuatan dinamis dan kekuatan statis. Kekuatan dinamis
adalah kekuatan otot yang dapat dilakukan dalam bentuk kerja yang jelas (nyata)
seperti mengangkat beban.
Kekuatan statis adalah kekuatan otot yang digunakan dalam gerakan yang
tidak tampak nyata. Dalam kaitan ini, Nossek (1982:31) membedakan jenis kekuatan
menjadi dua macam yaitu kekuatan absolut dan kekuatan. Kekuatan absolut
menunjukkan pada berat maksimum seorang atlet untuk mampu menjadikan secara
bebas berat badannya, sedangkan kekuatan adalah kekuatan maksimal yang mampu
dilakukan namun dikaitkan dengan 1 KP (kilo pound) dari berat badan. Adapun
perhitungan dari kekuatan menurut Nossek (1988:31) dinyatakan berasal dari
perhitungan rumus :
|
|
|
|
Kekuatan
Relatif
|
=
|
Kekuatan
Maksimum
|
|
Berat
Badan
|
|
||
|
|
(Nossek,
1988:31)
|
Tenaga maksimal yang
dikerahkan oleh otot atau sekelompok otot sebagian besar bergantung pada jenis
kontraksi otot yang digunakan. Nossek (1982 : 42) kerja otot-otot pada saat
terjadi proses kekuatan diklasifikasikan menjadi dua yaitu kerja dinamis dan
kerja statis. Janssen dan Fisher (1990:141); Fox dan Bowers (1992:112); dan
Bompa (1993:21) membagi tentang kerja otot dalam proses kekuatan menjadi tiga
macam kontraksi, yaitu kontraksi isotonik, kontraksi isometrik, dan kontraksi
isokinetik.
1) Kerja otot dinamis (kontraksi isotonik)
Kerja otot dinamis merupakan bentuk dari kontraksi
isotonik, yaitu kerja otot yang bersifat aktif dan dilakukan dengan memendekkan
atau memanjangkan otot. Bompa (1994:17) mengatakan bahwa kontraksi isotonik
adalah pemendekan atau pemanjangan serat-serat otot dalam seluruh range gerakan. Lebih lanjut dikatakan
bahwa suatu kontraksi isotonik tidak pernah mencakup serat-serat otot yang
persisi sama dalam seluruh gerakan.
Kontraksi istonik terjadi dua mekanisme kontraksi yang
berbeda, namun tetap dalam kesatuan pada suatu proses gerakan isotonik yaitu
konsentrik dan eksentrik. Menurut Nossek (1982:42) kontraksi konsentrik adalah terjadinya proses
dimana otot-otot memendek dengan cara-cara yang positif, sedangkan dalam
kontraksi eksentrik otot-otot memanjang. Bompa (1993:21) menjelaskan bagaimana
kontraksi konsentrik terjadi, yaitu gerakan dimana otot mengembangkan tegangan
(tension) sambil memendek (kerja positif). Kontraksi eksentrik adalah suatu
gerakan dimana otot mengembangkan tegangan sambil memanjang (kerja negatif).
2) Kerja otot
statis (kontraksi isometrik)
Kerja
otot statis adalah bentuk dari kontraksi isometrik, yaitu kontraksi dimana pada
saat dipakai panjang otot tetap (Pate, 1984:300). Janssen dan Fisher (1990:14);
Bompa (1994:17) mengemukakan bahwa kontraksi isometrik adalah kontraksi yang diselesaikan dalam
kondisi statis. Oleh karena itu tidak menimbulkan perubahan panjang otot atau
sudut persendian disaat kontraksi terjadi atau berlangsung.
3) Kerja otot
isokinetik (kontraksi isokinetik)
Fox dan Bowers (1992:112) menyatakan bahwa kontraksi isokinetik adalah otot
memendek bersamaan dengan tegangan maksimal bertambah pada seluruh tingkat
gerakan dalam kekuatan yang tetap (konstan). Kerja otot isokinetik mencakup
resistensi yang sama dalam seluruh range
gerakan. Namun demikian resistensi akan bervariasi bergantung pada sudut
dorongan dan tingkat kelelahan (Bompa, 1994:17).
Kekuatan otot adalah salah
satu komponen yang sangat penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara
keseluruhan, karena kekuatan merupakan daya penggerak utama setiap aktivitas
fisik. Kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet dari
kemungkinan cidera, demikian pula kekuatan dapat membantu memperkuat stabilitas
sendi-sendi.
Meskipun banyak aktivitas olahraga yang memerlukan komponen kelincahan,
kelentukan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi dan sebagainya, akan tetapi
komponen-komponen tersebut masih harus dikombinasikan dengan komponen kekuatan.
Jadi kekuatan merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik.
Latihan yang baik untuk meningkatkan kekuatan adalah
latihan mengangkat, mendorong, atau menarik suatu beban. Beban itu bisa beban
dari tubuh sendiri ataupun beban dari luar. Latihan tahanan harus dilakukan
dengan kekuatan maksimal untuk menahan beban tersebut. Penambahan beban latihan
yang dilakukan sedikit demi sedikit bertambah berat dengan prinsip secara overload progresif akan meningkatkan
perkembangan otot, sehingga otot terjamin dan terhindar dari resiko terjadinya
cidera.
Latihan kekuatan untuk angkat besi dapat dilakukan selama
latihan khusus atau setelah latihan spesifik. Praktek telah membuktikan bahwa
latihan dengan ciri jelas kekuatan memiliki proporsi efisien yang besar kalau
kalau dilaksanakan setelah latihan teknis dan kecepatan. Kalau kita melakukan
latihan kekuatan setelah ketahanan maka
hasilnya lebih sedikit.
Sebenarnya perbedaan semula antara pengembangan kekuatan
dalam kondisi stamina dengan pengembangan kekuatan dalam kondisi kecepatan
terletak pada jumlah ulangan dan set / seri. Baik untuk lifter maupun
olahragawan dengan spesialisasi lain ynag mengejar kekuatan murni intensitasnya
antara 80-100% dari kemampuan dalam jenis yang bersangkutan. ( Tamas Ajan dan
Lazar Baroga : 1998: 242)
Perbandingan yang optimal antara volume dan intensitas
akan tetap menjadi kebutuhan latihan olahraga juga dimasa mendatang.Biasanya
atlet angkat besi berlatih dengan beban
terlalu berat atau terlalu ringan, meniru program latihan juara dunia akan
membingungkan, sebab program latihan yang tepat adalah masalah individual.
G. TUJUAN PENELITIAN
Berkaitan dengan hasil penelitian yang akan dicapai, maka tujuan
pelaksanaan penelitian ini adalah
untuk mencari suatu pola pelatihan angkat besi yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan prestasi atlet angkat besi serta menemukan bentuk pelatihan yang
efektif dan efisien.
H. KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN
Adapun kontribusi hasil penelitian ini nantinya dapat
digunakan sebagai bahan masukan bagi para pelatih dan pembina olahraga angkat
besi, para atlet dan masyarakat luas yang bertujuan meningkatkan prestasi
olahraga angkat besi.
I. METODE PENELITIAN
a. Populasi
Populasi
adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1996). Adapun
populasi yang menjadi subyek penelitian adalah atlet-atlet angkat besi Yunior
putra di Jawa Tengah Tahun 2008 berusia antara 16-20 tahun.
b.
Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diselidiki,
yang generalisasinya (kesimpulannya) dikenakan terhadap semua individu atau
populasi. Suharsimi Arikutno (1996) menyatakan bahwa : “Untuk sekedar
ancar-ancar, maka apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua,
sehingga penelitiannya berupa penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah
subyeknya besar dapat diambil 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih tergantung
setidak-tidaknya dari : 1) kemampuan peneliti dilihat dari waktu, 2) sempit luasnya pengamatan dari setiap
subyek karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, 3) besar kecilnya
resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar,
jika sampelnya besar hasilnya akan lebih baik.
Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposif. Dikatakan sampel purposif
karena masing-masing calon subyek sudah diketahui karakteristiknya untuk
dijadikan sebagai anggota sampel penelitian.
c.
Bentuk Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian ekperimen, karena data yang diperoleh
merupakan hasil pemberian pelatihan terhadap variabel-variabel yang
dikondisikan terhadap sampel dalam waktu tertentu. Adapun pola eksperimen yang
digunakan adalah tes awal – tes akhir, karena akan mencari perbedaan
masing-masing kelompok, meliputi kelompok obesitas pendidikan jasmani dan
olahraga model perlakuan baru (eksperimen) dengan kelompok obesitas pendidikan
jasmani dan olahraga sesuai kurikulum (kontrol).
d.
Rancangan Penelitian
Rancangan
penelitian yang digunakan adalah desain eksperimental dengan pola tes awal dan
tes akhir (pre test – post test design).
Adapun rancangan penelitian tertera pada tabel 2 sebagai berikut :
Tabel
2 : Rancangan Penelitian
Perlakuan
Variabel
|
Model Pelatihan Berbeban Untuk Atlet Angkat Besi
|
||
Repetisi & Set
|
Tonase
|
||
Snatch
|
± 10
|
± 10
|
|
Clean
|
|||
Jerk
|
|||
Total Angkatan
|
± 10
|
± 10
|
e.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data
penelitian dalam kelengkapan atau keperluan pelaksanaan analisis data,
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi : 1) Tes angkatan untuk Snatch, 2) Tes angkatan untuk Clean, 3) Tes angkatan untuk Jerk,
dan 4) Total
Angkatan.
f.
Analisis Data Penelitian
Analisis data penelitian dilakukan dengan teknik analisis
varians dua jalan dengan program SPSS versi 14.0. Analisis varians
adalah suatu analisis parametrik, sehingga sebelum dilakukan analisis terlebih
dahulu dilakukan uji persyaratan analisis parametrik meliputi uji homogenitas
varians data dan uji normalitas data.
J. JADWAL PENELITIAN
Berdasar pada rangkaian kegiatan
penelitian yang akan dilaksanakan, maka jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian
direncanakan sebagaimana tertuang pada tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3 : Jadual Rencana Pelaksanaan Penelitian
No |
Pelaksanaan
Kegiatan
|
Bulan
|
||||
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
1.
|
Survei Lokasi Penelitian
|
Ö
|
|
|
|
|
2.
|
Pengurusan Ijin Penelitian
|
Ö
|
|
|
|
|
3.
|
Penjelasan Penelitian
|
Ö
|
|
|
|
|
4.
|
Tes Awal
|
Ö
|
|
|
|
|
5.
|
Pelaksanaan Penelitian
|
|
ÖÖÖÖ
|
ÖÖÖÖ
|
|
|
6.
|
Analisis Data Penelitian
|
|
|
|
ÖÖÖÖ
|
|
7.
|
Penyusunan Laporan Penelitian
|
|
ÖÖÖÖ
|
ÖÖÖÖ
|
ÖÖÖÖ
|
|
8.
|
Penyerahan Laporan Penelitian
|
|
|
|
|
ÖÖ
|
K. PERSONALIA PENELITIAN
1 Ketua Penelitian
a. N a m a :
Hadi, S.Pd, M.Pd
b. Gol. / Pangkat / NIP :
III-b / 132319140
c. Jabatan Fungsional :
Asisten Ahli
d. Jabatan Struktural :
e. Fakultas / Jurusan :
FIK / PJKR
f. Perguruan Tinggi :
Universitas Negeri Semarang
g. Bidang Keahlian :
Pembinaan fisik
h. Waktu untuk penelitian :
12 jam per minggu
2 Anggota Peneliti : 2 ( dua) orang
Anggota Peneliti I
a. N a m a :
Hadi, S.Pd, M.Pd.
b. Gol. / Pangkat / NIP :
III-b/Asisten Ahli/132319140
c. Jabatan Fungsional :
Penata Muda TK-I
d. Jabatan Struktural :
Dosen
e. Fakultas / Jurusan :
FIK/ PKLO
f. Perguruan Tinggi :
Universitas Negeri Semarang
g. Bidang Keahlian :
Pembinaan Fisik
h. Waktu untuk penelitian :
12 jam per minggu
Anggota Peneliti II
a. N a m a :.Tri
Aji, S.Pd.
b. Gol. / Pangkat / NIP :
III-a/
c. Jabatan Fungsional :
d. Jabatan Struktural :
e. Fakultas / Jurusan :
f. Perguruan Tinggi :
g. Bidang Keahlian :
h. Waktu untuk penelitian :
8 jam per minggu
L. Daftar Pustaka
Bompa, Tudor, O., 1983, Theory
and Methodology of Training The Key to Athletic Performance, Toronto, USA,
Kendall/Hunt Publishing Company.
-----, O., 1994, Theory and
Methodology of Training The Key to Athletic Performance, Toronto, USA,
Kendall/Hunt Publishing Company.
Fox EL., Bower RW., dan Foss
ML., 1988, The Physiological Basis of Physical Education and Athletics,
New York, W.B. Saunders Company.
Harsono, 1988, Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching,
Jakarta, CV. Tambak Kusuma.
M. Sajoto, 1988, Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan dan daya ledak
Kondisi Fisik Dalam Olahraga, Dahara Prize, Semarang.
Willmore, Jack H., dan Costill David L., 1988, Training For Sport and
Activity The Physiological Basis of The Conditioning Process, USA, Wm C.
Brown.
-----, 1994, Physiology of Sport and Exercise,
Canada, Human Kinetics.
M. Usulan Dana Penelitian
1.
|
Honorarium
a. 1 orang Ketua @ Rp 300.000/bl X 3/bl
b. 2 orang anggota @ Rp 250.000/bl X 3/bl
c. 3 orang pekerja lapangan @ Rp 200.000/bl
X 2 bl
|
:
:
:
|
Rp. 900.000,00Rp. 750.000,00
Rp. 1.200.000,00
|
|
Sub Jumlah
|
|
Rp. 2.850.000,00 |
2.
|
Transportasi :
|
:
:
|
Rp. 1.800.000,00
Rp. 3.600.000,00
|
|
Sub Jumlah
|
|
Rp. 4.800.000,00 |
3.
|
Bahan dan Peralatan Penelitian
|
|
|
|
a. Pembelian ATK.
b. Pembelian Bahan Penelitian.
c. Lackband, kapur,
pita, meteran, dll.
d. Sewa Alat
|
:
:
:
|
Rp. 250.000,00
Rp.
850.000,00
Rp.
300.000,00
Rp.
400.000,00
|
|
Sub Jumlah |
|
Rp. 1.750.000,00 |
5.
|
Biaya lain-lain
a. Penggandaan Laporan Penelitian
b. Biaya Analisis Data
|
:
|
Rp.
350.000,00
Rp.
400.000,00
|
|
Sub Jumlah |
|
Rp.
750.000,00
|
|
Jumlah |
:
|
Rp. 12.000.000,00
|
( Duabelas Juta Rupiah)
|
Riwayat Hidup Peneliti
Nama :
Drs. M. Nasution, M. Kes.
Institusi :
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang (FIK UNNES)
Bidang Keahlian :
1. Pembinaan Kondisi Fisik Olahraga
Lulus Pendidikan :
1. Sarjana Olahraga IKIP Semarang (Tahun 1989)
2. Magister Kesehatan UNPAD (Tahun 1999)
3. Studi Ilmu Kedokteran UNDIP (2005 –
sekarang)
Pengalaman Penelitian
(Ketua Peneliti) :
1. Efektivitas Tendangan Pinalti Menggunakan
Kaki Bagian Dalam, Bagian Timur, dan Bagian Luar Pada Pemain PSIS Tahun 1992.
2. Sumbungan Efektivitas Kekuatan Otot
Tungkai, Otot Punggung, dan Otot Genggam Terhadap Keterampilan Bermain
Bulutangkis se Kodya Semarang Tahun 1993
3. Pengaruh Kekuatan Otot Lengan, Otot Bahu,
dan Otot Punggung Terhadap Keterampilan Smes Permainan Bulutangkis Pelatda
Djarum Kudus dan ALLPRO Surakarta Tahun 1994
4. Perbedaan Pengaruh Interval Training dan
Repetition Training Terhadap Peningkatan Prestasi Lari 1500 M Tahun 1995
5. Pengaruh Latihan Interval Panjang dan
Kontinyu Intensiitas tinggi Menggunakan Sepeda Ergometer Terhadap Perubahan
Denyut Nadi Defleksi, Nadi Maksimal, dan VO2 Maksimal serta
Hubungannya Tahun 2000
6. Hubungan Kekuatan Otot Lengan – Bahu, Daya
Ledak, dan Kelincahan dengan Keterampilan Smes Bermain Bulutangkis Tahun 2002
7.
Hubungan
Kekuatan Otot Bahu, otot genggam, otot punggung dan
otot tungkai terhadap keterampilan bermain bulutangkis (suatu studi di
fik universitas negeri semarang) Tahun 2003
8. Penyusunan Instrumen dan Norma Penilaian
Keterampilan Bermain Bulutangkis Mahasiswa FIK UNNES Tahun 2004
9. Dll.
Publikasi Ilmiah
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Interval
Panjang dan Latihan Kontinyu Intensitas Tinggi Menggunakan Sepeda Ergometer
Terhadap Perubahan DND, DNM, dan VO2 Maksimal. Arena No. 2/Th.XXXII/Agustus
2001 ISSN : 0853-3932 Hal. 105-115.
2. Latihan Interval dan Kontinyu Pada Sepeda
Ergometer Terhadap Perubahan VO2 Maksimal dan Denyut Nadi Istirahat.
Arena No. 2/Th.XXXIII/Februari 2002 ISSN
: 0853-3932 Hal. 38 – 47.
3.
Effect of Continuous and Interval Training
by Ergocycle For Fat Thicken on FIK UNNES Students 2001. Disajikan dalam Internasional Conference of Sport Science and Physical Education
Profession, Bandung, 10 – 12 March 2002.
4.
Effect of Long Interval and Hight Intensity
Continuous Trainings on Pulse Deflection, Maximal Pulsa and VO2
Maximal. Disajikan dalam Internasional Conference of ASPES, Denpasar
Bali, 28 – 30 March 2005.
5.
Dll.
Informasi
Lain yang Relevan
1. Penatar Teori dan Praktik Perwasitan
Bulutangkis di Magelang Tahun 1997
2. Penatar Teori dan Praktik Perwasitan
Bulutangkis di Magelang Tahun 1999
3. Penatar Teori dan Praktik Perwasitan
Bulutangkis di Batang Tahun 2000
4. Penatar Teori dan Praktik Perwasitan
Bulutangkis di Purwokerto Tahun 2002
5. Penatar Kode Etik Perwasitan Tenis se Kota
Semarang Tahun 2003-2005
6. dll.
Pengalaman Penelitian
(Anggota Peneliti) :
1. Implementasi Intra Kurikuler Pendidikan
Jasmani SLTP di Wilayah Pantura Tahun 2005.
2. Kontribusi Aktivitas Olahraga Akhir Pekan
Terhadap Potensi Industri Olahraga Tahun 2003.
3. Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani
dalam Proses Belajar mengajar (Studi Kasus di Kabupaten Temanggung) Tahun 2005.
4. Profile of Phisycal Fitness (ex) Drugs and
Narcotic User Tahun 2005.
5. Ekstra Kurikuler Penjas Tingkat Sekolah
Dasar di Wilayah Pantura Tahun 2005.
6. Pemanfaatan Waktu Luang Masyarakat Kota
Semarang Tahun 2007.
7. dll.
N. PERSONALIA PENELITIAN
1 Ketua Penelitian
a. N a m a :
Hadi, S.Pd, M.Pd
b. Gol. / Pangkat / NIP :
III-b / Pembina / 131469638
c. Jabatan Fungsional :
Lektor Kepala
d. Jabatan Struktural :
Dekan
e. Fakultas / Jurusan :
FIK / PJKR
f. Perguruan Tinggi :
Universitas Negeri Semarang
g. Bidang Keahlian :
Sosiologi Olahraga
h. Waktu untuk penelitian :
12 jam per minggu
2 Anggota Peneliti : 4 (empat) orang
Anggota Peneliti I
a. N a m a :
Drs. M. Nasution, M. Kes.
b. Gol. / Pangkat / NIP :
IV-a / Pembina / 131876219
c. Jabatan Fungsional :
Lektor Kepala
d. Jabatan Struktural :
Pembantu Dekan Bid. Akademik
e. Fakultas / Jurusan :
FIK / PKLO
f. Perguruan Tinggi :
Universitas Negeri Semarang
g. Bidang Keahlian :
Pembinaan Fisik
h. Waktu untuk penelitian :
12 jam per minggu
Anggota Peneliti II
a. N a m a :
Drs. Tri Nurharsono, M.Pd.
b. Gol. / Pangkat / NIP :
IV-A / Pembina /131469639
c. Jabatan Fungsional :
Lektor Kepala
d. Jabatan Struktural :
Pembantu Dekan Bid. Administrasi
e. Fakultas / Jurusan :
FIK / PJKR
f. Perguruan Tinggi :
Universitas Negeri Semarang
g. Bidang Keahlian :
Pembelajaran Tenis
h. Waktu untuk penelitian :
8 jam per minggu
Anggota Peneliti III
a. N a m a :
Drs. Uen Hertiwan, M.Pd.
b. Gol. / Pangkat / NIP :
IV-A / Pembina / 130771
c. Jabatan Fungsional :
Lektor Kepala
d. Jabatan Struktural :
Pemb. Dekan Bid. Kemahasiswaan
e. Fakultas / Jurusan :
FIK / PJKR
f. Perguruan Tinggi :
Universitas Negeri Semarang
g. Bidang Keahlian :
Pembelajaran Gerak Softball
h. Waktu untuk penelitian : 8 jam per minggu
Anggota Peneliti IV
a. N a m a :
Drs. Sugiharto, M.Kes.
b. Gol. / Pangkat / NIP :
III-d / Penata Tk. I / 131571557
c. Jabatan Fungsional :
Lektor
d. Jabatan Struktural :
-
e. Fakultas / Jurusan :
FIK / IKM
f. Perguruan Tinggi :
Universitas Negeri Semarang
g. Bidang Keahlian :
Ilmu Kesehatan Kerja
h. Waktu
untuk penelitian : 8 jam
per minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar